Unit 731 (creepypasta Indonesia)

Unit 731



Unit 731 adalah sebuah pusat riset biologi dan senjata kimia yang tersembunyi, dan dikembangkan oleh unit tentara Jepang yang melakukan eksperimen berbahaya terhadap manusia selama perang Sino kedua. Unit ini bertanggung jawab atas kejahatan perang paling sadis yang dilakukan oleh Jepang, unit 731 sendiri berada di Pingfang, sebuah distrik dari Harbin yang merupakan kota terbesar di Negara boneka Jepang di Manchukuo (utara China).


 


Unit ini dikenal sebagai Epidemic Prevention and Water Purification Department yang dibangun oleh polisi militer Kempeitai yang dikomandoi oleh kekaisaran Jepang. Unit 731 ini sendiri dikomandoi oleh Shiro Ishii, antara 3000 sampai 25.000 orang -600 setiap tahun- diberikan oleh Kampeitai, mereka terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak. Mereka semua mati dalam tindakan eksperimen terhadap manusia yang dilakukan di unit 731, jumlah ini belum termasuk dari unit lain yang juga melakukan eksperimen terhadap manusia.


 


Kebanyakan subyek penelitian adalah orang China, Korea, dan Mongolia. Sekitar 70% korban yang meninggal di unit ini adalah orang China dan 30% lainnya adalah orang Rusia. Unit 731 menjalankan sebuah kode rahasia yang disebut Maruta, dalam bahasa Jepang Maruta berarti gelonggongan kayu. Konteks itulah yang diterapkan pada korban eksperimen di unit 731, mereka menganggap subyek eksperimen tersebut adalah gelonggongan kayu. Nama itu juga berasal dari unit 731 yang sering disebut tempat pengolahan kayu oleh warga sekitar.


 


Para korban eksperimen ini terdiri dari para kriminal, para bandit, orang-orang yang anti Jepang, tahanan politik, atau orang-orang yang dituduh melakukan kegiatan pemberontakan. Mereka terdiri dari para bayi, orang tua, ibu hamil, dan anak-anak.


 


Operasi hidup-hidup


 


Salah satu bentuk eksperimen yang dilakukan di unit 731 adalah operasi pada manusia hidup tanpa pemberian anastesi, korban-korban eksperimen ini biasanya dikubur di dalam sel. Operasi terbuka dan besar-besaran dilakukan setelah para korban diberikan berbagai macam penyakit, dalam operasi ini organ para korban dikeluarkan satu per satu untuk melihat sampai seberapa besar efek dari penyakit yang diberikan.


 


Bagian tubuh seperti tangan dan kaki diamputasi untuk menganalisa pendarahan, sebagian tangan dan kaki itu kemudian dipasang kembali dalam keadaan terbalik. Tidak hanya itu, tangan dan kaki para korban dibekukan terlebih dahulu sebelum diamputasi. Dalam ini mereka mempelajari efek dari jaringan kulit mati yang tidak mendapatkan pertolongan.


 


Selain itu organ dalam perut para korban dikeluarkan kemudian dimasukan kembali.


 


Serangan penyakit


 


Eksperimen lain yang dilakukan pada korban-korban di unit 731 satu adalah penyuntikan penyakit spilis dan gonorea kepada pria dan wanita dengan dalih bahwa suntikan itu adalah sebuah vaksin. Selain itu para tahanan juga kerap menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh penjaga. Selain itu para tahanan juga kerap menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh penjaga, wabah penyakit biasanya dijatuhkan ke target-target yang ditentukan bersamaan dengan bom, hasilnya andalah penyakit kolera dan antrax yang telah membunuh kurang lebih 400.000 warga china.


 


Yoshimura Hisato mengadakan sebuah penelitian di luar unit, ia membawa para tahanan ke luar dan mencelupkan bagian tangan dan kaki ke dalam air hingga membeku. Sebuah kesaksian mengatakan bahwa untuk menentukan apakah organ tersebut sudah beku atau belum dengan cara dipukul dengan batang kayu. Jika bersuara nyaring berarti organ tersebut sudah beku, setelah beku tangan dan kaki itu kemudian disemprotkan dengan air yang memiliki suhu yang berbeda. Variasi dari eksperime ini bahkan lebih sadis.


 


Kemudian sebuah eksperimen pada penyakit sepilis pun dilakukan, para dokter mengadakan kegiatan seks di bawah paksaan antara tahanan yang terinfeksi sepilis dengan yang tidak untuk menularkan penyakit tersebut.


 


Empat sampai lima petugas unit akan datang dengan pakaian serba putih dengan hanya sebuah lubang pada bagian mata dan mulut, petugas ini kemudian menyuntikan penyakit sepilis kepada tahanan dan membawanya ke sel untuk dipaksa berhubungan seksual dengan tahanan lain. Jika tahanan menolak maka akan dihukum tembak mati.


 


Para korban yang telah terinfeksi penyakit sepilis kemudian dibedah hidup-hidup dan tanpa anastesi untuk mengetahui perkembangan dari penyebaran penyakit tersebut di dalam tubuh mereka. Testimoni dari banyak penjaga mengatakan bahwa kebanyakan inang dari penyakit sepilis ini adalah wanita (bahkan mereka juga menerima penyuntikan paksa), para penjaga kemudian menyebut ‘roti isi selai’ untuk kemaluan wanita yang terinfeksi sepilis.


 


Kesaksian lain mengatakan bahwa banyak korban dari penelitian ini adalah wanita hamil asal china dan wanita dengan anak-anak asal Rusia. Para peneliti terus menganalisis penyebaran penyakit di antara tahanan, banyak juga anak-anak yang lahir di dalam unit dengan penyakit sepilis.


 


Para wanita ini tidak hanya diinjeksikan penyakit sepilis, tetapi juga dipaksa untuk hamil agar kelak jabang bayinya dapat digunakan untuk penelitian akan hipotesis penular vertical antara ibu dan si cabang bayi terhadap sejumlah penyakit termasuk sepilis. Meski pun tercatat banyak bayi yang lahir di dalam unit, tapi tidak satu pun tercatat selamat. Diindikasikan bahwa mereka mati selama masa kehamilan dan setelah dilahirkan.


 


Sementara para laki-laki sering digunakan untuk single study agar hasil dari penelitian mereka tidak dikacaukan dengan variable lain, berbeda dengan wanita yang sering menjadi subyek penelitian massive seperti eksperimen bacterial dan psychological, eksperimen seksual, dan korban dari kejahatan seksual.


 


Sebuah kesaksian sebuah anggota penjaga menjelaskan secara detil kondisi tersebut.


 


“pada suau hari ketika seorang dokter mengatakan bahwa Ia menginginkan sebuah jadwal eksperimen manusia, namun ia memiliki sedikit waktu luang. Ia kemudian mengambil kunci sel yang ditinggali oleh seorang perempuan Cina dan kemudian memperkosanya. Petugas yang lain kemudian mengambil kunci untuk membuka sel lain, ia menemukan seorang perempuan yang sudah pernah digunakan untuk eksperimen pembekuan. Jari-jari ditangannya hilang dan tulang belulangnya berwarna hitam karena jaringan-jaringan yang sudah mati. Petugas ini tetap memutuskan untuk memperkosa perempuan ini, tetapi kemudian ketika ia melihat organ seksual mereka sudah memborok dengan nanah yang terus mengalir ia memutuskan untuk membatalkan niatnya dan mengunci kembali sel itu dan pergi melakukan eksperimen.”


 


Para tahanan juga dijadikan subyek dari percobaan senjata perang, tahanan ini gunakan untuk melihat efek geranat dari jarak yang berbeda-beda. Mereka juga diikat ditiang untuk kemudian ditembaki oleh bom yang berisi bibit penyakit. Senjata kimia, dan ledakan bomb.


 


Meski pun perbuatannya sungguh kejam, Shiro Ishii dibebaskan dengan tebusan segala data penelitian yang ia punya. Karena penelitian dengan subyek manusia tidak akan mungkin dilakukan maka data hasil penelitian ini dianggap berharga.

No comments

Powered by Blogger.